Sebelum memasuki sebuah rumah, suatu ketika Anda akan menemukan sebuah ruangan yang mengantarkan Anda memasuki ruang utama. Perabotan ruangan ini biasanya terdiri dari kawasan duduk dan meja hias, kabinet, cermin, kawasan penyimpan baju luaran, topi, dan payung. Ruangan ini juga biasa dihiasi dengan lighting, jam besar, atau lukisan berbingkai pada dindingnya. Itulah foyer, ruang transisi sebagai kawasan menyambut tamu sebelum memasuki ruangan dalam rumah. Pertanyaannya, mengapa foyer berisi Furniture dan ornamen tipikal menyerupai itu?
Foyer, Adopsi dari Arsitektur Barat
Ya, foyer memang merupakan konsep ruangan rumah yang diambil dari arsitektur Barat yang secara geografis mempunyai ekspresi dominan dingin. Awalnya sebuah foyer didesain di rumah-rumah besar sebagai pengunci udara atau airlock untuk memisahkan ruangan yang lebih panas yaitu ruangan tamu, dari arah adegan depan luar rumah yang merupakan saluran hawa cuek dari temperatur luar yang rendah menyusup ke dalam (untuk memahami pemikiran udara dalam sebuah rumah Anda dapat membaca goresan pena prinsip Ventilasi Pengatur Sirkulasi Udara Rumah). Foyer sebagai airlock rumah juga berfungsi untuk melindungi rumah dari kontak pribadi dari abu dan partikel polutan lainnya masuk ke dalam rumah.
Saat ekspresi dominan dingin, orang akan memakai baju penghangat luar, topi, dan payung - pada ekspresi dominan salju - sehingga orang akan melepas dan menyimpan semua itu di foyer sebelum memasuki rumah. Khusus tamu, disediakan cermin dan dingklik duduk untuk untuk berias dan istirahat sejenak di sana. Ada juga foyer yang didesain dengan wastafel pelengkap untuk menyegarkan diri khususnya bagi tamu rumah.
Foyer mungil yang sangat bagus karya Pat Manning-Hanson dari Gabberts Design Studio & Fine Furniture |
Gambar pola foyer di atas yakni desain interior karya Pat Manning-Hanson dari Gabberts Design Studio & Fine Furniture yang diaplikasikan pada sebuah kondiminium dua lantai di Mill City Retreat Minneapolis, Minnesota, AS. Memanfaatkan garis dan bentuk-bentuk geometris yang dipadu dengan besutan gaya kontemporer yang lembut membuat tampilan foyer rancangannya nampak elegan. Furniture meja hias tinggi ramping terbukti efisien melegakan ruangan. Kursi empuk berwarna putih senada dinding diberi aksen bantal bermotif kembang-kembang. Kombinasi pilihan warnanya juga juga tepat: warna dasar tembok yang netral putih gading dan biru tua (deep) karpet dikombinasi dengan warna kuning dari pencahayaan lampu berkap putih, lantai kayu dan tungku perapian, ditambah aksen alami warna hijau daun tanaman dan pernik karang menciptakan suasana yang tenang, hangat, sekaligus menyegarkan: padu-padan yang sempurna. Plus lukisan geometris bergaya deco juga menyebabkan suasana ruang berkesan mewah, royal, dan berkelas. Semuanya menyebabkan desain ini menjadi kawasan yang sungguh istimewa khususnya untuk sebuah peristirahatan.
Kini foyer lazim digunakan sebagai ruang penyambut tamu sementara. Foyer dalam rumah mampu berbentuk area lorong sederhana yang tidak harus memiliki furniture selengkap konsep awal di atas. Di area ini diperlukan setidaknya tamu:
- mendapatkan suasana rumah yang hangat dan welcome
- dapat mengikuti keadaan dengan rumah
- merasa nyaman dengan disambut tuan rumah sebelum masuk
- mengenali struktur pedalaman desain rumah
Lalu bagaimana keputusan Anda, apakah rumah kita harus mengadopsi Foyer sebagai Ruang Transisi? Semuanya tergantung pada selera dan konsep yang Anda pilih dalam membangun rumah. Alternatif lain yang mampu Anda pilih bagi ruang transisi penyambut tamu yakni beranda.
Beranda, Cocok untuk Iklim Tropis Indonesia
Beranda nampaknya lebih dulu kita kenal daripada foyer. Kita sudah sering menyebut dengan emper, langkan, atau serambi yang merujuk pada konsep serupa.
Rancang bangkit orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah emper, adegan depan rumah yang berupa sengkuap atau atap pelengkap terbuka (tidak berdinding) yang bersambung pada rumah induk. Serupa dengan foyer, di emperan ini biasanya ada dingklik atau amben (dipan santai) yang dapat dipakai sebagai kawasan bersosialisasi termasuk mendapatkan tamu dekat menyerupai tetangga dekat atau sebagai ruang transisi guna menyambut tamu secara patut dan dipersilakan masuk sebagai penghormatan. Jika emperan ini diberi tembok sekelilingnya dan tangga naik, kita biasa menyebutnya dengan teras. Dan jikalau ukurannya panjang, kita menyebutnya serambi atau beranda yang kita pinjam dari bahasa Portugis varanda. |
Beranda yang terbuka sesuai dengan iklim tropis Indonesia yang panas. Di sana biasanya kita duduk bersantai menikmati angin sambil ngobrol dengan sesama anggota keluarga maupun tamu kita. Walaupun demikian, untuk memilih membuat foyer atau beranda sebagai ruang transisi rumah, atau bahkan dua-duanya, semua tetap ada di tangan Anda. Yang jelas, dengan memandang ruang ini sebagai ruang transisi menyiratkan arti ruangan ini pada rumah yakni lebih pada fungsi daripada penampilan. :)
Contoh Foyer dan Beranda, Ruang Transisi Penyambut Tamu Rumah
4/
5
Oleh
Yuniyun