Kamis, 13 Juli 2017

Contoh Desain Interior Rumah Minimalis Gaya Jepang

Rumah minimalis bergotong-royong mampu dibuat dengan menggunakan banyak sekali macam gaya. Salah satu yang cukup menarik untuk dipertimbangkan yaitu gaya arsitektur Jepang. Dari gaya inilah inspirasi desain minimalis kemudian berkembang. Ciri minimalis gaya interior yang satu ini sangat menonjol terutama penggunaan furniture yang menjunjung tinggi nilai kesederhanaan alamiah dan efisiensi. 

Material Kayu sebagai Bahan Utama Bangunan

Arsitektur berbahan kayu yang disebut kansai ini dipengaruhi faktor geografis yang ada di Jepang. Selain kayu melimpah, Jepang memiliki demam isu panas yang lama, berhawa panas, dan lembap. Bahan kayu dipilih alasannya yaitu dapat menjaga suhu tetap sejuk di demam isu panas, dan tetap hangat di demam isu dingin. Di samping itu, kayu alasannya yaitu lebih fleksibel dan mudah dibangun kembali kalau mengalami kerusakan jawaban petaka yang sering terjadi di Jepang, yaitu gempa, gunung meletus, dan angin topan.


Penggunaan kayu dengan desain minimalis sendiri banyak dipengaruhi oleh arsitektur kuil Buddha yang dibawa dan didukung oleh pihak kerajaan di kala ke-6. Ide minimalis juga dipengaruhi oleh Taoisme dan arsitektur Buddha Zen yang memandang materi alami menjaga kesederhanaan semoga tetap menyatu dengan alam.

Ciri khas lain dari desain gaya Jepang yaitu ekspos struktur bangunan sebagai unsur utama desain. Penonjolan ini dilakukan untuk mengekspresikan keindahan bentuk dan teladan estetika desain tradisional yang berdasarkan komposisi geometris dan ruang yang terbuka.

Desain rumah minimalis gaya Jepang dengan sentuhan modern
Kayu sebagai materi utama arsitektur Jepang dengan sentuhan modern menyerupai TV LCD

Partisi Geser Berbahan Kertas dan Kayu

Pada awalnya desain minimalis Jepang bersifat terbuka tanpa sekat. Lama-kelamaan desain ini berkembang mempertimbangkan fungsi area untuk makan, tidur, berpakaian, dan sebagainya. Kemudian muncul satu lagi khas desain gaya ini, yaitu panel yang dibuat dari materi kertas berbingkai kayu yang dapat digeser dengan mudah.

Ide penggunaan panel geser kertas dan kayu yang disebut fusuma dan shoji ini mungkin mampu juga ditelusuri dari kebutuhan masyarakat Jepang akan suatu arsitektur substansi dinding yang ringan sehingga mudah digeser dan tipis sehingga mudah ditembus untuk dijadikan jalan keluar sewaktu-waktu ada gempa mendadak untuk meminimalkan kecelakaan.

Fusuma dan shoji sama-sama panel geser kertas. Ukurannya pun sama menyerupai halnya pintu. Lalu apa beda fusuma dan shoji?

Kertas yang dipakai fusuma lebih tebal dan buram. Kertas fusuma tidak tembus cahaya atau opaque, dan diaplikasikan pada kedua sisi bidangnya (double). Fusuma biasanya digunakan sebagai pintu oshi-ire, lemari kloset daerah penyimpan kasur futon, kasur kapas empuk yang mudah digulung dan digelar khas Jepang. Fusuma juga difungsikan sebagai partisi antara dua ruangan, yang dirasa tidak menginginkan cahaya satu ruangan tembus ke ruangan satunya. Karena fungsinya sebagai partisi antar-ruang dan tidak untuk menembuskan cahaya, biasanya fusuma ini dihiasi pola-pola tertentu atau lukisan cat air perihal pemandangan alam atau binatang dengan demikian sekaligus berfungsi dekoratif.

Panel shoji terbuat dari kertas tipis berwarna putih (rice paper), yang tembus cahaya namun tidak tembus pandang dan biasanya diaplikasikan pada satu sisi bidangnya saja atau single. Fungsi shoji menyerupai dengan blind, kalau dipasang membuat pandangan terhalang, tapi cahaya masih mampu masuk. Karena fungsinya untuk menangkap cahaya, shoji sering dipakai sebagai panel partisi interior dengan luar rumah. Shoji juga berfungsi sangat baik sebagai pemecah angin atau windbreak. Karena saking tipisnya, biasanya frame shoji dibuat lebih kerap, tiap lima sampai sepuluh sentimeter (lihat perbedaannya di bawah).

Panel fusuma dan shoji pada ruang tamu
Tengah panel fusuma dengan lukisan cat air artistik dan
sebelah kanan shoji yang berbingkai kecil (foto: en accessories)

Duduk Seiza di Tatami dan Zabuton

Dalam arsitektur tradisionalnya, lantai di ruangan-ruangan dalam rumah dirancang memiliki tatami. Tatami yaitu alas lantai tradisional Jepang berupa tikar empuk berbahan jerami padi. Sama halnya dengan kayu, tatami ini merupakan penjaga suhu yang baik: hangat dikala demam isu hambar dan sejuk dikala demam isu panas. Tatami dipergunakan untuk relaks dengan duduk bersimpuh khas Jepang yang dikenal dengan sebutan seiza. Untuk menerima kenyamanan seiza, kita juga mampu menggunakan zabuton, yaitu alas bersimpuh.



Pada dikala ini, tentu saja desain minimalis gaya Jepang sudah dikombinasikan dengan sentuhan modern untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Namun demikian, penggunaan perabotan modern modern sedapat mungkin tetap berprinsip pada efisiensi, misalnya penggunaan televisi LCD yang hemat listrik, atau pemanfaatan listrik tenaga surya yang dipasang di atas atap rumah. Untuk menanggulangi kelemahan kayu yaitu rentan terhadap kebakaran, dilakukan finishing dengan pelapis kayu tahan-api sehingga keawetan terjaga demi efisiensi energi. Dengan kesederhanaan alami dan efisiensinya, desain gaya Jepang telah banyak mensugesti gaya desain minimalis modern yang kini tengah populer, termasuk di Barat.

Artikel Terkait

Contoh Desain Interior Rumah Minimalis Gaya Jepang
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email